Kayu Cendana jelas bukan istilah asing di telinga orang Indonesia. Material tersebut tidak hanya dikenal sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan atau furniture, tapi juga sering diasosiasikan dengan keluarga presiden kedua Republik Indonesia.
Meski, sebelum istilah tersebut terkenal pun, Cendana lebih dulu populer sebagai salah satu kayu komersil di Asia. Aroma wangi yang keluar dari material tersebut adalah keunggulan yang membuatnya disukai orang. Tak heran kayu ini tergolong mahal meskipun pengerjaannya tak bisa dikatakan mudah.
Asal dan Habitat
Di Indonesia, spesies cendana yang ditemukan umumnya berasal dari kelompok Santalum album atau biasa disebut Indian Sandalwood. Habitat asli pohon tersebut adalah di India, tapi saat ini telah ditanam di berbagai wilayah di Asia Pasifik dan Australia seperti Indonesia, Filipina, China, Malaysia hingga Australia Utara.
Di Indonesia, penanaman cendana paling umum dilakukan di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Di NTT bahkan terdapat pulau yang dijuluki sebagai pulau cendana karena penanaman yang tergolong masif.
Kayu Cendana dalam Industri Woodworking
Berbagai bagian dari pohon cendana telah lama dimanfaatkan manusia. Minyak cendana adalah salah satu contoh pemanfaatan pohon tersebut sejak zaman dulu kala. Di India, karena mampu mengeluarkan aroma khas yang wangi, kayu ini sering digunakan sebagai konstruksi tempat-tempat peribadatan yang dianggap suci.
Di Indonesia sendiri, kayu cendana telah banyak dimanfaatkan di industri woodworking. Usaha kerajinan kayu menjadi salah satu industri terbesar yang menggunakan cendana. Material ini dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan patung-patung kecil, gelang, hingga ukir-ukiran. Industri mebel dan –dalam beberapa kasus- konstruksi bangunan pun tak jarang memanfaatkan cendana. Apalagi untuk bangunan-bangunan yang mengedepankan aspek estetika maupun religiusitas.
Meski demikian, pengolahan kayu ini bukannya tanpa tantangan. Selain bukan kayu yang mudah diolah, kayu ini juga termasuk kayu grade II dalam aspek keawetan. Selengkapnya, berikut ini karakteristik kayu cendana yang harus diperhatikan dalam industri pengolahan kayu.
Karakter Kayu Cendana
- Warna: Biasanya kuning belerang, meski varian warna coklat tua juga sesekali muncul
- Tekstur: Sangat halus
- Arah serat: terdapat beberapa varian mulai dari arah serat lurus, bergelombang, hingga paduan di antaranya
- Bobot: sedang (sekitar 0,84)
- Keawetan: Tergolong kayu kelas II (keawetan sedang)
- Kekuatan: Kelas II-I (sedang hingga baik)
- Penyusutan: Penyusutan kecil hingga sedang
- Daya retak kayu: Rendah hingga sedang
- Kekerasan: Sedang hingga keras
- Pengerjaan: Agak sulit
.
Faktor-faktor di atas menjadi pertimbangan pengrajin kayu untuk memanfaatkan cendana sekaligus bagaimana cara merawatnya. Sebagai contoh, karena kayu cendana tergolong kayu dengan kelas keawetan grade II sebagaimana kayu mahoni, maka material ini harus ditreatment dulu dalam proses preservasi (pengawetan) sebelum diolah lebih lanjut.